-->

Semangat Hari Pahlawan

Rabu, 10 November 2010 (hari ini) merupakan hari istimewa buat bangsa Indonesia, di mana peringatan Hari Pahlawan dengan Inspektur Upacara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dilakukan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang terkesan ‘’adem ayam’’ sarat dengan acara seremonial.

Setidaknya, peringatanHari Pahlawan 2010 ini terbilang ‘’istimewa’’ karena masyarakat disajikan dengan banyaknya komentar pro-kontra seputar diajukannya Soeharto sebagai salah satu dari 10 calon yang bakal disahkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun ini. Selain Soeharto juga terdapat nama mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri yang juga kakeknya Mensos Salim Al-Jufri dan tujuh nama lainnya dari berbagai daerah.



Mengapa dengan Soeharto? Jasanya harus diakui banyak, di antaranya membubarkan PKI. Selama 32 tahun berkuasa rakyat pernah merasakan kehidupan yang tenang, harga sembako murah, Indonesia menjadi negara surplus beras lewat swasembada pangannya. Rakyat Indonesia juga pernah mengalami kenaikan kesejahteraan lumayan tinggi di masa Orde Baru. Keamanan relatif kondusif. Kinerja Soeharto di awal pemerintahannya sangat baik, namun memasuki tahun 1990an berubah drastis. Pemerintahan Soeharto menjadi sarat dengan KKN melibatkan putra-putri dan kroninya, serta represif terhadap aktivis politik dan mahasiswa. Pelanggaran HAM terjadi di mana-mana.

Oleh karena itu, sangat berat bagi Dewan Gelar Tanda Jasa dan Kehormatan Kepresidenan dalam memutuskan Soeharto menjadi Pahlawan Nasional. Tidak demikian halnya dengan Gus Dur, mantan pemimpin nasional dan bapak pluralisme. Ia relatif aman karena tidak banyak penolakan dari elemen masyarakat, meskipun selaku Presiden di masa lalu Gus Dur dikenakan hukuman ‘’impeachment’’ oleh MPR. Kondisi itu berarti Gus Dur melakukan kesalahan fatal.

Tentu saja peluang Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri jauh lebih mulus. Tim seleksi sudah melakukan penciutan dari ratusan proposal yang masuk kini tinggal 10 nama saja, termasuk kakeknya Mensos saat ini. Tapi, kalau Sayyid Idrus digolkan sementara orang tidak banyak tahu jasa-jasanya terhadap bangsa dan negara, maka kerja tim dan kriteria Pahlawan Nasional semakin tidak jelas.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Pasal 1 angka 4 berbunyi: Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Nah, kalau saja Soeharto, Gus Dur, Sayyid Idrus sampai lolos maka penjabaran Pasal 1 angka 4 itu patut direformasi. Berarti, yang dinilai adalah hal yang positif saja, cakupannya bisa lokal, sedangkan tindakan yang negatif tidak dipermasalahkan. Sungguh kasihan rakyat yang menderita akibat perbuatan kejam dari tokoh-tokoh masa lalu namun tetap dianggap sebagai Pahlawan Nasional.



Kita berharap pemberian gelar Pahlawan Nasional harus selektif sehingga bangsa ini tidak kebanjiran pahlawan, sementara kehidupan bangsa,negara, dan rakyatnya dalam kemiskinan, korupsi semakin merajalela. Saatnya Tim Kepresidenan melakukan penelitian disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan dan kriteria pahlawan sehingga tidak main obral pemberian gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan kepada sebanyak mungkin orang. Kalau jasa-jasanya relatif kecil, biasa saja dilihat dari ukuran nasional, apalagi kalau sampai sang tokoh nyata terlibat pelanggaran HAM berat, korupsi, dan pernah dikenakan hukuman maka perlu kajian lebih mendalam dengan mengubah kriteria dan hal-hal yang merintanginya.

Ada hal lain yang membuat peringatan Hari Pahlawan 2010 beda dengan tahun-tahun sebelumnya karena diwarnai dengan kedatangan Presiden Amerika Serikat. Barach Obama dijadwalkan akan meletakkan karangan bunga di pusara TMP Kalibata, Jakarta. Satu penghargaan buat para pahlawan dan para keluarganya mendapat penghormatan dari pemimpin negara adidaya. Namun begitu, kita berharap Presiden Obama juga berempati kepada para korban bencana Gunung Merapi dengan korbannya yang begitu banyak. Kita patut memberikan apresiasi tinggi jika Obama mau menjenguk para korban di Yogyakarta, Jateng.

Marilah kita tetap menghormati jasa-jasa para pahlawan kesuma bangsa sebagai bangsa besar dan beradab, baik yang sudah dinobatkan sebagai pahlawan secara resmi maupun pahlawan yang tidak tercatat dalam lembaran negara, termasuk pahlawan-pahlawan pembangunan di segala bidang sudah mengharumkan nama baik bangsa dan negara di forum internasional (dunia). Semangat dari aktivitas positif yang dilandasi kecintaan terhadap negeri ini harus terus dikobarkan. Sehingga Hari Pahlawan masih tetap relevan kita peringati bersama, kita camkan bersama, sama-sama kita introspeksi untuk menjaga keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia semakin besar dan berjaya.
LihatTutupKomentar