-->

Kalau Bisa Dipersulit Kenapa Harus Dipermudah?

Kalo bisa dipersulit , Kenapa harus dibuat mudah? - yaps, begitulah sepenggal kalimat yang cocok jikalau ingin mengurus administrasi, surat menyurat, dan apapun itu dikampus ku. Kalimat ini Mirip seperti salah satu iklan rokok di TV. Iklan layanan masyarakat yang menggambarkan buruknya pelayanan publik di Indonesia. Sebagai rakyat, kadang untuk mengurus segala sesuatu harus dilalui dengan susah payah, dan waktu juga terbuang sia-sia. Urusan KTP sekarang sudah lancar, begitu juga pengalaman ku mengurus perpanjangan SIM, lancar dan pembayaran sesuai dengan harga yang tertera di loket. Sepanjang pengalaman ku, PLN sebagai satu-satunya perusahaan yang menyediakan listrik bagi kita, masih memberikan pelayanan yang buruk. Listrik bisa saja mati tiba-tiba, hanya PLN dan Tuhan yang tahu kapan listrik akan mati. #abaikan

Tanya Kenapa??
Oke, tidak jauh beda dengan hal diatas. Kampus ku juga demikian. untuk mengurus SKL aja ribet nya tingkat dewa. Mengapa Si Admin yang udah berjanji dua kali untuk membuatkannya tak kunjung selesai. Untuk mengurus ini aja, Aku harus bolak-balik ke ruangan A untuk nemui Bapak X, terus di oper lagi keruangan B, kemudian seterusnya hingga ruangan Z. Alhasil apa?? Aku juga tidak mendapatkan yang ku inginkan. Janji tinggallah janji. Sumringah emang, keadaan seperti ini sungguh membuat banyak waktu ku terbuang. Yaps, hanya untuk menunggu sesuatu yang tak pasti. Aku harus beberapa kali minta izin kepada atasan di kantor dengan alasan untuk ngambil SKL dan Transkip nilai  ke kampus. Terkadang emosi timbul seketika melihat kerja orang-orang macam ini. Lantas, aku harus berbuata apa???  Sejenak kemudian, aku ingat lagunya Bondan Prakoso " Ya Sudahlah.."

Jelas saja, hal ini membuat buruk kinerja ku disaat aku hanya seorang staff baru yang masih di training selama dua bulan #sigh. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan negara tetangga kita - Jepang, teman! Di Jepang pepatah di atas tidak berlaku. Jepang sebagai negara yang memahami dan menjalankan dengan baik konsep negara kesejahteraan, mampu membuat rakyatnya menikmati dan bangga menjadi orang Jepang. Begitu memasuki bandara Narita, terlihat segala sesuatunya telah ditata dengan rapi. Mulai dari penataan interior yang menyejukkan, baik warna maupun perabot yang sederhana dan berkelas, sampai petugas yang melayani di bandara. Mereka menyambut tamu dengan ramah dan menggunakan bahhsa Inggris yang jauh lebih baik dibandingkan ketika saya ke Jepang tahun 1991. Petugas mampu menerangkan cara mengisi formulir barang yang kita bawa masuk Jepang. Petugas imigrasi berdandan ala anak muda sekarang, rambut gondrong tapi rapi, setelan jas yang modis, ramah, dan tidak berwajah angker kayak yang dikampus ku *ups.

Kapan kah orang-orang yang bekerja di ruangan BAAK itu dapat bekerja profesional? Bisa kah kita maju dan meniru sistem yang ada di Jepang? Semoga saja moment Sumpah Pemuda, Bulan Batik, dan Bulan Bahasa kali ini dapat menyadarkan kan kita kembali kalo membantu orang itu adalah perbuatan mulia dan berpahala. #aihh

Referensi: 
LihatTutupKomentar