-->

Negeri 5 Menara

Ini merupakan buku ke dua yang kubaca di Bulan January 2011.Bacaan ku kali ini "Negeri 5 Negara". Buku karangan A. Fuadi itu memang sudah beredar sejak tahun 2009 yang lalu, tapi baru kali ini aku serius membaca nya. Kembali, Robby lah yang meminjamkan nya padaku.

 Buku yang syarat akan pelajaran moral ini sangat menyentuh batin ku, dimana seseorang Alif yang melewan kehendak hatinya untuk melanjutkan sekolah di SMA , namun terpaksa melanjutkan ke sebuah Pondok di Jawa timur. Ya, Pondok itu bernama, Pondok Madani (PM). Kalo yang penasaran,  ini sinopsisnya:


Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain sepak bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.

Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya, belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.
Dia terheran-heran mendengar komentator sepak bola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan,  Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Semenjak baca buku ini aku jadi yakin kalau kita mau bersungguh - sungguh, semua pasti bisa. Two thumbs up for this book!
LihatTutupKomentar