-->

Belajar Ilmu Nahwu 1 - Susunan Dalam Kalimat

 Bismillah,

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarakatuh.

Ikhhwani wa akhowati fillah, kali ini kita membahas atau belajar tentang Ilmu Nahwu dalam Bahasa Arab. Pertama yang perlu kita ketahui mengapa kita perlu belajar bahasa Arab adalah beberapa alasan berikut:

  1. Alqur'an dan Hadist diturunkan menggunakan Bahasa Arab.
  2. Mempelajari agama dari kitab-kitab Ulama.
  3. Mengangkat kebodohan dari dalam diri


Sekarang kita masuk pada materi pertama, yaitu kalim. Umumnya kitab-kitab nahwu mengawali babnya dengan bab kalam, tapi saya mulai dengan bab kalim, mencontoh apa

yang dilakukan Sibawaih dalam kitabnya: (
هذا با ُب عل ِم ال َك ِل ِم من العربيةInilah bab ilmu kalim

dalam bahasa Arab). Adapun pembahasan tentang kalam nanti akan disampaikan pada bab umdah.

كلمadalah jamak ( كلمةkata), ini namanya isim jinsi, yaitu isim yang mufrod dan jamaknya dibedakan dengan taa marbuthoh, seperti ( نملbanyak semut) dan ( نملةseekor semut) atau ( تمرbanyak kurma) dan ( تمرةsebiji kurma). Maka ( ك ِلمbanyak kata) dan ( كلمةsebuah kata).

اعل ْم يا أخي أ ّن ال َك ِل َم ِمن العربي ِة لها ثلاثةُ أنواع لا غي َر

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa kata dalam bahasa Arab hanya ada 3 jenis saja, tidak ada yang lain, tidak ada lagi jenis keempat sesuai dengan pendapat jumhur ulama, meskipun ada satu dua ulama yang mengatakan bahwa jenis kata itu lebih dari tiga, maka tidak membatalkan pendapat jumhur.

اس ٌم وفعل وحرف جاء لمعنًى

Isim, fi’il, dan harf yang bermakna.

Isim adalah kata yang menunjukkan dzat/benda, bisa juga kita sebut kata benda, baik itu benda konkret (berwujud) maupun abstrak (tidak berwujud). Sedangkan fi’il adalah kata yang menunjukkan perbuatan, bisa juga kita sebut kata kerja. dan huruf bermakna tidak menunjukkan keduanya, disebut bermakna karena ada juga huruf yang tidak bermakna yaitu huruf hijaiyyah dan itu tidak tergolong ke dalam kalimah, seperti alif, baa, taa, tsaa, dst.

وما يدل على معنًى في نفسه هو الاسم
Yang menunjukkan makna dengan sendirinya hanyalah isim

وأ ّما سواه فيدل على معنًى في غيره

Adapun selain isim, baru menunjukkan makna jika bersama dengan kata lain.

Artinya makna dari fi’il dan harf masih menggantung sampai datang kata setelahnya yang menyempurnakan maknanya.

إ ْذ الفع ُل يدل على مع ًنى في فاعله

Karena fi’il, baru bermakna jika bersama dengan fa’ilnya.

Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa fi’il sama dengan isim, bisa bermakna dengan sendirinya, tapi saya disini mengambil pendapat yang mengatakan fi’il sama dengan harf tidak bermakna dengan sendirinya melainkan setelah muncul fa’ilnya, diantara yang berpendapat demikian adalah Imam Suhaili, seperti yang saya sebutkan di footnote, dan di akhir bab ini saya bawakan beberapa argumentasinya.

والحرف يدل على معنًى في معموله

Dan harf, baru bermakna jika bersama ma’mulnya

Adapun ini tidak ada selisih pendapat di kalangan nuhat. Apa itu ma’mul? Sederhananya, ma’mul adalah kata yang menyempurnakan makna harf.

والأمثلة للأسماء: زيدٌ وكتا ٌب ودَ ْر ٌس

Contoh untuk isim: Zaid (nama orang, termasuk isim yang berakal), Kitab (buku, termasuk isim yang tidak berakal) dan keduanya termasuk benda yang konkret/berwujud, dan Dars (Pelajaran, termasuk isim yang abstrak, tidak berwujud).

فكل هذه الألفاظ تدل على مع ًنى ذاتها ِب ويفه ُمها السا ِمع

Semua lafadz ini menunjukkan makna dengan sendirinya (tanpa perlu diberi tambahan kata lain) dan pendengar bisa langsung memahaminya.

والمثال للحرف: ) ِم ْن(، وهي لا تعني دائ ًما: الابتِداء

Contoh untuk harf adalah min, ia tidak selamanya bermakna ”dari” (permulaan tempat atau waktu). Dan ini diantara kekeliruan dalam menghafal arti huruf, karena huruf itu maknanya
fleksibel tergantung kata yang mengikutinya, karena pada asalnya huruf tidaklah bermakna

dengan sendirinya. Jika antum ditanya apa makna huruf ?
ِمنAda banyak, tergantung kata

setelahnya.

بل يتعيّ ُن معناها باللفظ الذي بعدها، المسمى بالمعمول

Tapi maknanya ditentukan oleh lafadz setelahnya yang disebut dengan ma’mul.

إذ تارةً تدل على توكيد العموم إذا تقدّ َمها النف ُي كقوله تعالى

Mengingat kadangkala (min) memperkuat keumuman (makna) jika didahului oleh huruf nafi

(peniadaan), sebagaimana firman Ta’ala:

﴿فَ َما لَهُ ِم ْن قُ َّوةٍ َو َلا َنا ِص ٍر﴾

“Dia sama sekali tidak memiliki kekuatan maupun penolong”

Jadi fungsi min disini memperkuat penafian, biasa diterjemahkan: sama sekali, bukan

diterjemahkan: dari, artinya sama sekali tidak ada kekuatan (secara umum) maupun

penolong.

وتارةًتدل على البدلية كقوله تعالى: ﴿ َولَ ْلآ ِخ َرةُ َخ ْي ٌر لَّ َك ِم َن ا ْلأُولَ ٰى﴾، أي: بد َل الأولى

Terkadang menunjukkan makna pengganti sebagaimana firman Ta’ala: ”Sungguh akhirat

lebih baik bagimu daripada yang pertama, artinya (
بد َل الأولىsebagai pengganti yang

pertama, bukan diartikan: mulai dari yang pertama).

وأخرى تدل على معنى ) َعن(

Dan kadang menggantikan huruf ‘an (melampaui),

كقوله تعالى: ﴿ َّلا يُ ْس ِم ُن َو َلا يُ ْغ ِني ِم ْن ٍع ُجو ﴾ )الغاشية: ،(7أي: ُيغني َعن جوع

seperti firman Ta’ala: ”(Makanan di neraka) tidak membuat gemuk dan tidak menghilangkan

kelaparan” asalnya fi’il
يُغ ِنيsetelahnya selalu , َعنkemudian diganti dengan , ِمنtidak

diartikan permulaan.

فيُع َرف معنى ) ِمن( ِمن مجرورها

Maka diketahui makna (min) dari isim majrurnya (setelahnya). Apa itu isim majrur? Ada

pembahasannya sendiri. Isim majrur adalah ma’mul yang menyempurnakan harf .
ِ
وهكذا بالفعل لا يمكن مجيئه بدون الفاعل

Demikian juga dengan fi’il, tidak mungkin muncul tanpa fa’il (pelaku),

ولا يُفهم معناه بدونه لأنه خب ٌر عن الفاعل

dan tidak dipahami makna fi’il tanpa fa’il, karena sejatinya fi’il adalah informasi tentang fa’il.

Fi’il adalah kata kerja, tidak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa pelakunya. Mungkinkah

kita menyebutkan fi’il tanpa fa’il? Tidak mungkin. Misalnya:
ذه َبapa artinya? Pergi atau dia

pergi? Dia pergi, tetap ada unsur fa’ilnya, karena fi’il tidak bisa berdiri sendiri tanpa fa’il.

فالفعل يشبه الحر َف

Maka ada sisi kesamaan antara fi’il dan harf.

Sama-sama tidak bermakna dengan sendirinya, apa buktinya?

لا يتَعَلَّق بعلام ِة التعريف

Fi’il tidak terikat dengan tanda ta’rif (alif lam)

Misalnya fi’il:
يذه ُبtidak mungkin kita beri alif lam: اليذه ُبsebagaimana tidak mungkin

mengatakan: ,
ال ِم ْن

ولا علام ِة التثنية

tidak bisa dibuat mutsanna seperti isim: ( كتابانdua buah buku), fi’il tidak bisa: dua buah pergi

atau dua buah dari.

Bukankah kita sering menemukan fi’il mutsanna seperti ?
يذهبانMaka kita jawab, yang

mutsanna bukan fi’il-nya tapi fa’il-nya, sehingga istilah fi’il mutsanna itu kurang tepat

sebetulnya.

ولا علام ِة الجمع

tidak bisa dibuat jamak seperti isim: ( مسلمونpara muslim), demikian juga fi’il tidak bisa

dijamak, yang dijamak adalah fa’ilnya: .
يذهبون

ولا علام ِة التأنيث

tidak bisa dibuat muannats seperti: ( مسلمةmuslim perempuan), fi’il tidak bisa diberi ta’nits, yang dita’nits adalah fa’ilnya: ,ذهب ْتkarena ”pergi” tidak mengenal gender, misalnya ”pergi”

yang perempuan atau laki-laki.

ولا الإعرا ِب

dan tidak terikat i’rab, setelah bab ini akan dijelaskan tentang i’rab lebih terperinci, i’rab adalah

perubahan akhir seperti: ,
زيدٌ-زيدًا-زي ٍدmaka yang berubah akhirannya hanyalah isim,

sedangkan harf dan fi’il asalnya tidak pernah berubah akhirannya, kecuali fi’il mudhari’ karena ia diserupakan dengan isim, maka dari itu dinamakan mudhari’ yang maknanya: menyerupai.

لأن هذه الأشيا َء مختَ َّصةٌ بما له مع ًنى في ذاته

Karena semua yang disebutkan tadi (alif lam, mutsanna, jamak, muannats, i’rab) hanya dikhususkan bagi kata yang bermakna dengan sendirinya (isim).

Sederhananya begini, semua hal yang disebutkan baru saja adalah tambahan dari makna asalnya. Misalnya:
كتا ٌبmakna asalnya sebuah buku, dan maknanya sempurna dengan sendirinya. Jika kita hendak memberikan tambahan makna (alif lam), menjadi ( الكتابbuku itu), bisa saja. Atau diberi tambahan makna ganda: ( كتابانdua buah buku), juga bisa.

Tapi untuk fi’il dan harf tidak bisa diberi tambahan makna seperti itu, karena makna asalnya saja belum sempurna, keduanya butuh kata lain. Bagaimana mau kita berikan tambahan makna padahal makna asalnya saja belum ada? Kira-kira begitu gambaran sederhananya.

Berikut ini kesimpulannya:

 

Semoga Allah mudahkan kita dalam memahami agama ini, Wassalamu'alaykum warohmatullahi wabarakatuh

LihatTutupKomentar