-->

From Dumai to Pekanbaru

Pekanbaru, 15 November 2010
Terlahir di  sebuah kota industri yang terletak  di sebelah utara Provinsi Riau,  tempat dimana pusat perdagangan laut antara Malaysia dan Indonesia bukan lah merupakan suatu pilihan. Penduduk yang ramah dan berbahasa melayu membuatku rindu akan kota itu.  Dumai, Aku tidak ingat betul apa nama Jalan tempat ku tinggal, yang ku tahu hanya rumah ku dulu dekat dengan pelabuhan dan Kilang Minyak Putri tujuh Pertamina.
3 tahun berlalu, orang tua ku pindah ke Pekanbaru. Kami tinggal di jalan Pahlawan kerja, dengan mengontrak rumah petak kecil. Beberapa bulan kemudian  Ayah ku membeli tanah di daerah Kartama Marpoyaan dan membangun rumah disana. Tak banyak orang yang  tinggal disana saat itu. Hanya semak dan kebun para petani lokal  yang ada disekeliling rumah. Singkat cerita kami pindah ke Kartama dan tinggal disana hingga aku berumur 4 tahun.
Setahun berselang, ayah ku membeli tanah lagi di Jalan Aur kuning dan juga membangun rumah baru disana. Mama ingin kami segera pindah ke tempat baru itu. Mama ku beralasan tidak betah tinggal di Kartama, Sepi dan banyak binatang seperti monyet dan babi liar yang masuk ke pekarangan rumah pada malam hari nya.
*
Aku menyelesaikan pendidikan SD ku di SDN 050 Bukit raya selama 6 tahun. Alhamdulillah selama belajar disana, aku selalu naik ke panggung saat pengumuman juara kelas. Dan saat pengumuman hasil EBTANAS, aku dibuat makin senang lagi. Nama ku tercantum pada urutan paling atas pada papan pengumuman, itu tandanya nilai ku paling tinggi diantara teman yang lain (Alhamdulillah, terima kasih ya Allah).  Berlanjut ke jenjang SMP, aku mengenyam pendidikan menengah pertama ini di SMPN 1 Pekanbaru. Berbeda dengan di SD, aku hanya mendapatkan 10 besar. Persaingan cukup ketat rasanya. Ada hal yang tidak bisa kulupakan sewaktu masa-masa SMP. Aku pergi sekolah tiap harinya dengan naik Bus Kota, penuh sesak rasa nya tiap pagi harus bergelantungan di atas Bus. Pernah suatu kali aku hampir kecopetan, saat kusadari ada tangan seseorang dari belakang memasuki kantong celana ku. Aku langsung memukul tangan itu, dan si pencopet yang terkejut itu pun langsung keluar dari bus kota dengan tergesa-gesa.
Untuk sekolah menengah atas ku habiskan waktu di SMK Labor Pekanbaru, aku tak bisa menolak kata-kata papa untuk bersekolah disana (Padahal aku pengen nya sekolah di SMA 5.. L). Kata orang masa-masa SMA adalah masa yang indah, hmm aku rasa sama aja. Emang sih, dimasa ini aku “baru” mengenal namanya cinta pada lawan jenis. Aku ini orang yang susah jatuh  cinta. Suerr, seperti katanya Andrre Stinky dalam Kiamat sudah dekat . Terhitung hingga saat ini hanya 4 kali rasanya aku pacaran. Berbeda dengan Ardian (temen satu kelas ku dulu sewaktu SMK), yang tiap bulan nya punya cewek baru. Hal yang paling aku sesali pada masa duduk di bangku SMK adalah “gagal mewakili sekolah ku untuk ajang lomba PKS(Pentas Kreasi Siswa) SMK Nasional tahun 2005”. Saat itu Pak Mizi(guru jaringan ku saat itu)  meminta ku untuk ikut dalam lomba pemrograman, tapi karena ada rasa kecemburuan dari siswa kelas 3(saat itu aku masih duduk di kelas 2) aku gagal ikut. Padahal yang jadi tuan rumah pada waktu itu adalah Bali,, siapa yang gk mau ke Bali secara gratis??? Yah,, tapi itulah takdir. (KESAL…!!!)


Kuliah, ya itu hal yang ku pikirkan setelah UAN selesai. Aku mulai mengikuti bimbel Nurul Fikri dengan program Reguler “Sukses SPMB di Perguruan tinggi favorit!!!”. Tapi, setiap kali try out diadakan, tak ada satu pun dari Perguruan tinggi yang ku pilih jebol. Passing grade (*maaf kalo salah tulisannya) ku masih belum sampai untuk memasuki nya. Bukan karena tidak lulus SPMB aku bisa duduk di bangku Politeknik Caltex Riau ini, Adit, ya dialah orangnya yang mengajak ku untuk ikut daftar pada UMPCR1 waktu itu. Sekitar tiga  minggu sebelum SPMB, Kampus PCR mengadakan UMPCR 1. Aku ingat betul ketika mendaftar disana, Kawi teman satu kelas ku …
ntar disambung lagi..

LihatTutupKomentar